SUARA INDONESIA, BLORA - Berjuang melawan asa, usai hasil laboratorium dari rumah sakit mendiagnosis gagal ginjal, Sudarsih (46) warga di Desa Peting, Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, rutin melakukan perawatan cuci darah di Instalasi Hemodialisa (HD) RSUD Dr. R. Soetijono Blora.
Perempuan paruh baya tersebut adalah peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari BPJS Kesehatan, ditemani sang suami berangkat dari rumah sekira pukul 06.00 WIB, dirinya berobat ke RSUD Soetijono Blora untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan perawatan seminggu dua kali cuci darah.
"Enam (6) tahun lamanya, menjalani semua ini (cuci darah, red) di RSUD Soetijono Blora," terangnya, kepada wartawan Suara Indonesia.
Ia menceritakan ujian itu datang bermula ketika dirinya merasa pusing kepala, hipertensi (darah tinggi), mual mual dan beberapa saran dari para tetangga untuk segera berobat.
Istri dari Urip itu menambahkan penghasilannya sebagai buruh tani, wargapun menyarankan berobat dengan menggunakan BPJS Kesehatan.
"Begitu jadi (kartu BPJS Kesehatan), langsung berobat. Dengan hasil laboratorium gagal ginjal, awal ujian itu datang tahunan lalu," ungkap Sudarsih.
Dua kali rutin dalam seminggu mendapatkan perawatan dan pelayanan di Instalasi HD, bila hal ini tidak dilakukan (cuci darah), dirinya mengaku badan akan terasa sangat berat dan kaku dalam beraktifitas.
"Bisa dibayangkan, mas. Sebagai buruh, hari ini tercukupi sudah bersyukur. Belum ujian itu datang, tanpa hadirnya demikian (BPJS Kesehatan), entahlah. Terbayang, seminggu dua kali wajib cuci darah," kata Sudarsih.
Dirinya juga mengapresiasi dan mengucapkan banyak terima kasih kepada BPJS Kesehatan dan RSUD Blora, layanan, perawatan kesehatan berjalan baik dan prima.
"Terima kasih BPJS Kesehatan, RSUD Blora, layanan baik yang sudah diberikan. Saya berusaha, semangat dan terus berjuang enam tahun ini. Pasrah dan tawakal dengan Yang Maha Pencipta," tuturnya.
Direktur Utama RSUD dr. R. Soetijono Blora, dr. Puji Basuki melalui Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan RSUD Blora, dr. Farida Laela mengatakan bahwa pelayanan hemodialisis merupakan layanan yang secara khusus menangani pasien dengan kondisi gagal ginjal.
Untuk menunjang hal ini, kata Farida, RSUD Soetijono Blora memiliki sarana prasarana yang cukup lengkap dan memadai, dengan mesin hemodialisa berjumlah 16 unit.
"Kami ada mesin rutin 13 unit, mesin infeksius 1 unit, mesin di ICU 1 unit dan mesin untuk membackup sebanyak 1 unit. Totalnya ada 16 unit mesin HD," terang Kabid Prasarana RSUD Soetijono Blora, Farida Laela, tertulis, Sabtu (29/6/2024), saat tersambung di aplikasi berbayar.
Farida menambahkan pasien HD di RSUD Blora terjadwal 2 kali dalam sehari, pagi pukul 07.00-12.00 WIB dan siangnya pukul 12.00-18.00 WIB, setiap hari Senin dan Kamis.
"Termasuk pasien HD yang emergency (cito) karena kegawatdaruratan, misal dari IGD maupun pasien rawat inap, tentu akan dilayani. Tidak ada kriteria khusus, termasuk halnya pasien HD yang hadir sesuai jadwal dan antrian dalam daftar tunggu, tentu akan dilayani," terangnya.
Dalam catatannya, Farida mengatakan karena jumlah pasien daftar tunggu cukup banyak mencapai 35 pasien, pihaknya akan segera mengajukan kredensialing ke BPJS Kesehatan, sebanyak 8 mesin HD.
"Ada 8 mesin HD dan segera kami ajukan kredensialing ke BPJS Kesehatan sesuai kebutuhan," imbuhnya.
"Nikmati setiap prosesnya, jalani dengan sabar dan bahagia. Allah beserta orang-orang yang sabar," pesannya.
Sementara itu, Kepala BPJS Kesehatan Cabang Pati, Wahyu Giyanto mengatakan bahwa pihaknya akan berupaya, berusaha memberikan pelayanan kesehatan akses yang cepat, murah dan mudah bagi masyarakat.
Kepesertaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kata Wahyu, dalam cakupan semesta jaminan kesehatan atau Universal Health Coverage (UHC) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Kabupaten Blora mencapai 95,8 persen dengan jumlah penduduk 912.162 jiwa lebih.
"Dengan capaian tersebut, sebagian layanan faskes dan semua ekosistem JKN bisa tercover, hak jaminan kesehatan masyarakat dapat terpenuhi," terang Wahyu, beberapa waktu lalu, di Pati Jawa Tengah.
"Datang, mendaftar tak kurang dalam sejam termasuk dalam mendapatkan obat," imbuhnya.
Kerja keras ini, Wahyu mengatakan, tak lepas dari komunikasi yang baik, serta bantuan dari berbagai pihak sehingga hak jaminan kesehatan dapat terpenuhi dan memudahkan masyarakat yang belum masuk BPJS.
"Kerja keras dari berbagai elemen, hak jaminan kesehatan dapat terpenuhi," tutupnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Gunawan |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi