SUARA INDONESIA JAWA TENGAH

Nilai Rupiah Melemah, Ekonomi Indonesia Tetap Stabil: Apa Kata Para Ahli?

Aditya Mulawarman - 23 June 2024 | 11:06 - Dibaca 1.53k kali
Ekbis Nilai Rupiah Melemah, Ekonomi Indonesia Tetap Stabil: Apa Kata Para Ahli?
Nilai Rupiah Melemah/(VOA Indonesia)

SUARA INDONESIA, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan, mencapai level Rp16.400.

Namun, pemerintah Indonesia menegaskan bahwa kondisi ekonomi makro tetap stabil.

Kali ini, kita akan mengulas lebih dalam mengenai situasi ini, termasuk pandangan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, serta pandangan ekonom dari CORE Indonesia, Muhammad Faisal.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa meskipun nilai tukar rupiah melemah, perekonomian Indonesia menunjukkan tanda-tanda stabilitas yang kuat.

Indikator ekonomi seperti penjualan ritel dan kondisi kredit perbankan masih menunjukkan performa yang baik.

Pada Mei dan Juni, indeks penjualan ritel dan konsumsi masyarakat mengalami pemulihan yang signifikan.

Selain itu, Mandiri Spending Index (MSI), konsumsi semen, konsumsi listrik, dan Purchasing Managers' Index (PMI) tetap dalam kondisi yang baik.

Sri Mulyani juga menambahkan bahwa kredit perbankan mengalami kenaikan, baik dalam bentuk kredit investasi maupun kredit konsumsi.

Total peningkatan kredit mencapai 12,3 persen, sementara dana pihak ketiga meningkat sebesar 8,1 persen.

Hal ini menunjukkan bahwa sektor perbankan masih aktif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah mengadakan rapat untuk membahas pelemahan rupiah.

Mereka berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar melalui koordinasi kebijakan fiskal dan moneter.

Pemerintah juga akan mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan hati-hati, mengingat fluktuasi nilai tukar rupiah, perubahan harga minyak, dan hasil imbal dari Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan pemerintah.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan bahwa secara fundamental, rupiah seharusnya berada dalam tren menguat.

Namun, faktor eksternal seperti ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan keputusan Federal Reserve (Fed) terkait suku bunga AS telah mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Perry juga menyebutkan bahwa sejak akhir 2023, rupiah telah melemah sebesar 5,92 persen, namun ini masih lebih baik dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara lain seperti won Korea Selatan, bath Thailand, peso Filipina, dan yen Jepang.

Bank Indonesia berkomitmen untuk terus berada di pasar guna menstabilkan nilai tukar rupiah, menggunakan cadangan devisa yang saat ini berada pada posisi $139 miliar.

Perry optimis bahwa dalam jangka panjang, rupiah akan menguat karena inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang baik.

Muhammad Faisal, ekonom dari CORE Indonesia, mengungkapkan bahwa meskipun indikator makro ekonomi saat ini masih stabil, pelemahan rupiah akan memberikan dampak dalam jangka menengah hingga panjang.

Industri yang banyak memanfaatkan bahan baku impor, seperti industri manufaktur, infrastruktur, dan sektor konsumsi, akan merasakan kenaikan biaya produksi.

Hal ini berpotensi menyebabkan imported inflation yang berdampak pada harga barang dan jasa di masyarakat.

Faisal juga memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II mungkin lebih rendah dibandingkan kuartal-I yang mencapai 5,11 persen.

Hal ini disebabkan oleh pelemahan investasi dan konsumsi rumah tangga, meskipun pada kuartal pertama pertumbuhan ekonomi masih cukup baik karena didukung oleh aktivitas pemilu.

Meskipun nilai tukar rupiah melemah, pemerintah dan Bank Indonesia optimis bahwa kondisi ekonomi makro Indonesia tetap stabil.

Koordinasi kebijakan antara pemerintah dan Bank Indonesia serta pengelolaan APBN yang hati-hati diharapkan dapat menjaga stabilitas ekonomi dalam menghadapi tantangan global.

Namun, perhatian tetap perlu diberikan pada dampak jangka panjang pelemahan rupiah terhadap sektor riil dan konsumsi masyarakat. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Aditya Mulawarman
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya